Sunday, 2 March 2025

Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7298

Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7298


Malam itu, Jiecheng diselimuti kabut tebal. Di sebuah gedung tua di distrik utara, beberapa orang berkumpul dalam ruangan remang-remang. Meja kayu panjang di tengah ruangan dipenuhi dokumen, diagram strategi, dan peta kota yang ditandai dengan berbagai titik merah.

Harvey York duduk di kursi utama, matanya tajam mengamati peta. Di sampingnya, Riley bersandar di dinding dengan tangan bersedekap, sementara Mandy Zimmer duduk dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

Di seberang meja, beberapa orang kepercayaan Harvey menunggu instruksi. Salah satunya, seorang pria berbadan kekar bernama Tyson Woods, membuka pembicaraan.

"Tuan York, dalam dua hari terakhir, enam dari mitra bisnis kita memutuskan kontrak. Bank juga mulai menahan dana kita. Ini jelas pergerakan Grandmaster Liu," lapornya.

Harvey mengangguk pelan. "Mereka sedang menciptakan tekanan psikologis. Mereka ingin kita percaya bahwa kita kehilangan segalanya sebelum kita benar-benar jatuh."

Tyson mengepalkan tinjunya. "Jadi, kita biarkan saja mereka terus menyerang?"

Harvey tersenyum tipis. "Untuk saat ini, ya. Tapi kita juga akan mulai menanam jebakan kita sendiri."

Dia menunjuk ke beberapa titik merah di peta. "Grandmaster Liu sangat pintar, tapi dia punya kelemahan dia terlalu percaya diri dalam strateginya. Kita akan biarkan dia merasa menang, sementara kita perlahan menutup semua jalur pelariannya."

Riley menyeringai. "Aku suka rencana ini. Tapi kapan kita mulai bergerak?"

Harvey menatap semua orang di ruangan itu. "Dua minggu dari sekarang. Saat itu, mereka akan merasa telah sepenuhnya menghancurkan kita. Dan saat itulah kita membalikkan keadaan."

Mandy masih tampak ragu. "Tapi bagaimana jika mereka melakukan sesuatu yang tidak kita duga?"

Harvey menggenggam tangannya dengan lembut. "Mereka bisa merencanakan banyak hal, tapi mereka tidak bisa mengendalikan semua variabel. Dan variabel terbesar dalam permainan ini… adalah aku."

Di markas keluarga Leduc…

Jonathan Leduc duduk di sofa mewahnya, menyesap segelas anggur merah. Di depannya, Grandmaster Liu berdiri dengan ekspresi tenang.

"Harvey York semakin terjepit," kata Jonathan dengan senyum puas. "Dalam beberapa minggu, dia tidak akan punya pilihan selain menyerah atau mati."

Grandmaster Liu mengangguk. "Benar. Tapi ada satu hal yang masih menggangguku."

Jonathan mengangkat alis. "Apa itu?"

Grandmaster Liu menghela napas. "Harvey York bukan tipe orang yang menyerah begitu saja. Aku takut dia menyimpan sesuatu."

Jonathan terkekeh. "Liu, kau terlalu khawatir. Kita sudah mengisolasi semua sumber dayanya, membuat sekutu-sekutunya berkhianat, dan bahkan bank tidak lagi mendukungnya. Apa lagi yang bisa dia lakukan?"

Grandmaster Liu tidak menjawab. Dia hanya menatap ke luar jendela, memandangi langit malam yang gelap.

Sementara itu, di sebuah gudang tersembunyi di luar kota…

Seorang pria bertopeng duduk di depan komputer, mengetik dengan cepat. Di layar, berbagai data keuangan, rekaman transaksi ilegal, dan dokumen rahasia keluarga Leduc muncul satu per satu.

Pria itu tersenyum. "Permainan ini akan segera berakhir… dengan cara yang tidak mereka duga."

Dan di kejauhan, Harvey York tersenyum tipis, mengetahui bahwa catur terakhir sudah mulai dimainkan.


Dua minggu telah berlalu sejak Grandmaster Liu mulai memperketat cengkeramannya atas Jiecheng. Para pengikut Harvey York berjatuhan satu per satu. Bisnisnya menyusut, pengaruhnya memudar, dan media lokal mulai melaporkan bahwa era Harvey York telah berakhir.

Jonathan Leduc duduk di ruang kerjanya, membaca laporan dari anak buahnya. Senyumnya semakin lebar.

"Seperti yang kuduga. Harvey York hanyalah macan kertas," katanya sambil meletakkan laporan itu di meja.

Di sisi lain ruangan, Grandmaster Liu tetap diam, menatap keluar jendela. Ada sesuatu yang mengganggunya terlalu mudah.

"Tuan Leduc," katanya akhirnya, "Anda tidak merasa ini… berjalan terlalu lancar?"

Jonathan terkekeh. "Liu, kau terlalu banyak berpikir. Ini bukan sihir, ini strategi. Kita mengisolasi Harvey, menghancurkan sekutunya, dan memastikan dia tidak punya sumber daya untuk bangkit kembali. Dia mungkin masih bersembunyi di suatu tempat, tapi dia bukan ancaman lagi."

Grandmaster Liu menghela napas, tapi tidak membantah. Baginya, Harvey York bukanlah orang yang mudah dijatuhkan.

Sementara itu, di sebuah tempat tersembunyi di pinggiran kota…

Harvey York duduk di depan layar komputer, memperhatikan data yang terus diperbarui. Di sampingnya, pria bertopeng yang dikenal sebagai Shadow mengetik dengan kecepatan tinggi.

"Semua dana ilegal Jonathan Leduc telah kita lacak," kata Shadow. "Transfer mencurigakan ke rekening luar negeri, pembayaran rahasia ke pejabat kota, hingga bukti penggelapan pajak—semuanya ada di sini."

Harvey tersenyum tipis. "Bagus. Sekarang, waktunya kita membuat mereka berpikir bahwa mereka telah menang… sebelum kita merobek segalanya dari mereka."

Shadow mengangguk. "Jadi, apa langkah selanjutnya?"

Harvey menatap layar dengan mata penuh ketenangan. "Kita buat Jonathan Leduc percaya bahwa aku benar-benar telah menyerah. Kita biarkan dia merayakan kemenangannya… dan saat dia lengah, kita pukul dari arah yang tidak pernah dia duga."

Dua hari kemudian, di sebuah hotel mewah di pusat kota…

Jonathan Leduc mengadakan pesta kemenangan besar. Aula utama dipenuhi orang-orang berpengaruh di Jiecheng—politisi, pengusaha, dan tokoh-tokoh dunia bawah.

Di tengah pesta, seorang pelayan mendekati Jonathan dengan sebuah tablet. "Tuan Leduc, ada pesan untuk Anda."

Jonathan mengernyit, lalu mengambil tablet itu. Sebuah video mulai diputar.

Dalam video itu, seorang pria berbaju hitam duduk di kursi dengan tangan terikat ke belakang. Wajahnya penuh luka dan lebam—dan itu adalah tangan kanan Jonathan, Edward Fang.

"Jonathan… Mereka… mereka tahu segalanya… Mereka punya… semua bukti…" suara Edward terdengar lemah dan putus asa.

Lalu, sebuah suara lain terdengar dari belakang kamera. Suara yang sangat dikenalnya.

"Permainan telah selesai, Jonathan."

Wajah Jonathan langsung memucat. Tangan yang memegang tablet itu mulai gemetar.

Grandmaster Liu, yang berdiri di dekatnya, segera mengambil tablet itu dan melihat videonya. Matanya menyipit. "Ini… jebakan."

Dan saat itu juga, pintu aula pesta terbuka. Beberapa orang berseragam resmi masuk dengan wajah dingin.

"Tuan Jonathan Leduc, Anda ditangkap atas tuduhan penggelapan pajak, pencucian uang, dan konspirasi kriminal."

Aula yang sebelumnya riuh langsung berubah hening. Jonathan melompat dari kursinya. "Ini tidak mungkin! Ini pasti tipuan!"

Tapi sebelum dia bisa berkata lebih banyak, Grandmaster Liu menepuk bahunya pelan. "Kita kalah."

Jonathan menatapnya dengan penuh kebingungan. "Apa maksudmu?"

Grandmaster Liu menghela napas panjang. "Harvey York sudah menyiapkan ini sejak awal. Dia membiarkan kita merasa menang… hanya untuk menjatuhkan kita lebih dalam."

Di luar hotel, Harvey York berdiri dengan tangan di saku, menatap ke arah keramaian yang mulai terbentuk.

Riley berdiri di sampingnya, menyeringai. "Kau benar-benar gila, Harvey. Kau membuat mereka bermain dalam jebakan mereka sendiri."

Harvey hanya tersenyum tipis. "Ini bukan hanya soal membalas dendam, Riley. Ini soal memastikan bahwa Jiecheng… tak lagi diperintah oleh orang-orang seperti mereka."

Dan dengan itu, badai besar di Jiecheng akhirnya mencapai akhirnya. Tapi bagi Harvey York, ini hanyalah awal dari babak baru.


Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7299

Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7297

Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7297


Keesokan paginya, berita kematian Bai Zangfeng menyebar ke seluruh Jiecheng seperti api yang membakar ilalang kering. Dunia bawah geger. Semua orang tahu bahwa Bai Zangfeng adalah algojo kepercayaan Jonathan Leduc dan jika seseorang cukup berani untuk membunuhnya, itu berarti pertempuran besar akan segera pecah.


Di markas keluarga Leduc, Jonathan duduk di balik meja besar dari kayu mahoni, jari-jarinya mengetuk permukaannya dengan ritme teratur. Wajahnya tenang, tapi siapa pun yang mengenalnya tahu bahwa ini adalah pertanda buruk.


Di hadapannya, seorang pria berbaju hitam dengan ekspresi tegang menundukkan kepala. "Tuan Leduc, Bai Zangfeng telah dikalahkan oleh Harvey York dalam waktu kurang dari lima menit. Mayatnya ditemukan di pelabuhan tua, dan anak buahnya melarikan diri. Mereka mengatakan bahwa Harvey mengirim pesan untuk Anda."


Jonathan menatap pria itu dengan dingin. "Pesan apa?"


Pria itu menelan ludah sebelum menjawab. "Dia bilang… Anda selanjutnya."


Ruangan itu langsung hening. Lalu, tiba-tiba—Brak!—Jonathan menghempaskan vas porselen mahal ke lantai, pecahannya berserakan di mana-mana.


"Beraninya dia!" suara Jonathan terdengar seperti raungan binatang buas. "Dia pikir dia bisa menantangku begitu saja? Aku akan membuatnya menyesal lahir ke dunia ini!"


Dari sudut ruangan, seorang pria tua dengan jubah hitam melangkah maju. Wajahnya dipenuhi keriput, tapi matanya masih tajam dan berbahaya. Dialah Grandmaster Liu, penasihat pribadi Jonathan yang dikenal sebagai dalang di balik banyak tragedi di Jiecheng.


"Tuan Leduc," katanya dengan suara rendah, "emosi tidak akan membantu kita menang. Harvey York memang kuat, tapi dia bukan dewa. Kita hanya perlu menemukan titik lemahnya."


Jonathan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Apa kau punya rencana?"


Grandmaster Liu menyeringai tipis. "Tentu. Kita akan menunggu tiga bulan seperti yang dia janjikan. Tapi selama waktu itu, kita akan menghapus semua fondasinya. Kita buat sekutu-sekutunya mengkhianatinya, kita buat bisnisnya runtuh, dan pada akhirnya… kita buat dia berlutut di depan kita tanpa perlu mengangkat satu pedang pun."


Jonathan menyipitkan mata. "Kau yakin ini akan berhasil?"


"Percayakan padaku," jawab Grandmaster Liu. "Harvey York bisa menang dalam pertempuran fisik, tapi dalam perang strategi… dia belum pernah menghadapi seseorang sepertiku."


Jonathan tersenyum dingin. "Baiklah. Mulai dari sekarang, kita mainkan permainan ini dengan cara kita."


Sementara itu, di kediaman Harvey York…


Harvey duduk di ruang kerjanya, membaca laporan terbaru dari Riley.


"Jonathan Leduc tidak membuat pergerakan langsung," kata Riley, meletakkan map di meja. "Tapi aku curiga mereka sedang menyusun sesuatu di balik layar. Beberapa rekan bisnis kita tiba-tiba menarik diri, dan ada rumor bahwa beberapa sekutu kita mulai goyah."


Harvey menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya menyipit. "Grandmaster Liu…" gumamnya.


Riley mengangkat alis. "Kau mengenalnya?"


"Dia adalah otak di balik banyak permainan kotor di Jiecheng," jawab Harvey. "Dia tidak akan menyerang secara langsung. Dia akan menghancurkan kita dari dalam."


Riley mengepalkan tinjunya. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"


Harvey tersenyum tipis. "Sederhana. Kita biarkan mereka berpikir bahwa rencana mereka berhasil."


Riley terdiam sejenak sebelum tersenyum. "Aku mengerti. Kita beri mereka rasa kemenangan palsu."


Harvey mengangguk. "Dalam tiga bulan, aku tidak hanya akan menghancurkan Jonathan Leduc… aku akan memastikan bahwa tidak ada satu pun yang tersisa dari kekaisaran kecilnya."


Di luar jendela, langit mendung mulai menggantung di atas Jiecheng. Pertanda bahwa badai besar akan segera datang.


Tiga hari berlalu sejak kematian Bai Zangfeng, dan pergerakan di Jiecheng semakin terasa mencekam. Seolah ada tangan tak terlihat yang menarik benang-benang kekuasaan, membuat sekutu Harvey York satu per satu mulai meragu.


Beberapa kontrak bisnisnya dibatalkan secara mendadak, pengiriman barangnya tertunda tanpa alasan jelas, bahkan beberapa pejabat yang sebelumnya netral mulai berpihak ke Jonathan Leduc.


Namun, Harvey tetap tenang. Dia tahu permainan ini baru saja dimulai.


Di sebuah restoran mewah di pusat kota…


Seorang pria paruh baya dengan jas abu-abu duduk di salah satu meja VIP. Dia adalah Albert Qiu, seorang pengusaha yang sebelumnya mendukung Harvey York, tapi belakangan ini mulai menjauh.


Di hadapannya duduk seorang pria tua dengan jubah hitam Grandmaster Liu. Dengan senyum tenang, Grandmaster Liu menuangkan teh untuk Albert.


"Tuan Qiu," kata Grandmaster Liu dengan nada ramah, "Saya mengerti bahwa Anda merasa terikat dengan Harvey York. Tapi lihatlah keadaan sekarang… Bisakah Anda benar-benar percaya bahwa dia masih bisa bertahan?"


Albert menelan ludah, melihat sekeliling dengan gelisah. "Aku… Aku hanya ingin berada di pihak yang menang."


Grandmaster Liu menyeringai tipis. "Dan itulah alasan Anda harus bersama kami. Jonathan Leduc adalah masa depan Jiecheng. Harvey York? Dia hanyalah seseorang yang akan segera jatuh."


Albert menghela napas. "Jika aku berkhianat sekarang, dia pasti akan membalas."


Grandmaster Liu mengangkat cangkir tehnya. "Dalam permainan catur, bidak yang bertahan di papan terlalu lama akan dikorbankan. Saya yakin Anda tidak ingin menjadi bidak itu, bukan?"


Albert terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah. Aku akan menarik dukunganku dari Harvey York."


Grandmaster Liu tersenyum puas. "Keputusan yang bijak."


Sementara itu, di kediaman Harvey York…


Harvey duduk di ruang tamunya bersama Riley, Mandy Zimmer, dan beberapa orang kepercayaannya. Mereka baru saja menerima kabar bahwa Albert Qiu telah berkhianat.


Mandy terlihat cemas. "Harvey, satu per satu orang-orang kita meninggalkan kita. Jika ini terus berlanjut, kita akan kehilangan segalanya."


Harvey tersenyum tipis, menuangkan teh ke cangkirnya. "Ini hanya sebuah ilusi. Jonathan Leduc ingin kita panik, ingin kita merasa kalah sebelum pertempuran dimulai."


Riley mengangguk, mulai mengerti strategi Harvey. "Jadi, kita biarkan mereka berpikir mereka menang… dan ketika saatnya tiba, kita balikkan keadaan?"


Harvey mengangkat cangkirnya, menyesap teh dengan santai. "Tepat sekali."


Dia meletakkan cangkirnya dan menatap semua orang di ruangan itu. "Mulai sekarang, kita akan berpura-pura semakin terdesak. Kita biarkan mereka merasa percaya diri… hingga saat mereka menurunkan pertahanan, kita menyerang dengan satu pukulan mematikan."


Mandy masih tampak khawatir. "Tapi bagaimana jika mereka benar-benar menghancurkan kita sebelum kita bisa menyerang balik?"


Harvey menatapnya dengan lembut, menggenggam tangannya. "Percayalah padaku. Saat badai ini berlalu, hanya kita yang akan berdiri di puncak."


Di luar, hujan mulai turun, membasahi jalanan Jiecheng. Seperti pertanda bahwa perang ini belum berakhir dan Harvey York belum menunjukkan kartu trufnya.


Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7298



Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7296

Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7296


Dini hari, di sebuah gudang tua di pinggiran kota, seorang pria dengan jas hitam berdiri di bawah lampu redup. Wajahnya kasar dengan bekas luka panjang melintang di pipi kanan Bai Zangfeng, algojo bayangan yang terkenal karena kebrutalannya.


Di hadapannya, seorang pria dalam kondisi babak belur terikat di kursi. Darah menetes dari sudut bibirnya, napasnya tersengal.


Bai Zangfeng jongkok, menatap pria itu dengan senyum dingin. "Aku hanya akan bertanya sekali lagi. Di mana Harvey York menyimpan catatan transaksi rahasia Liga Bela Diri Negara Besar H?"


Pria itu, seorang informan kecil yang bekerja untuk Harvey, mengangkat wajahnya dengan lemah. "Aku... aku tidak tahu..."


Tanpa peringatan, Bai Zangfeng mengayunkan pisaunya. Dalam satu tebasan cepat, jari telunjuk pria itu terputus. Jeritan kesakitan menggema di ruangan.


Bai Zangfeng menghela napas, menggeleng pelan. "Aku benci orang yang berbohong."


Pria itu tersedak tangis. "Aku sungguh tidak tahu! Harvey tidak pernah menyimpan catatan semacam itu!"


Bai Zangfeng menatapnya sejenak, lalu berdiri. "Kalau begitu, kau tidak berguna lagi."


Dalam sekejap, pisaunya melesat ke leher pria itu. Darah menyembur, dan dalam hitungan detik, tubuhnya lemas tak bernyawa.


Bai Zangfeng menarik pisaunya dari daging, menghapus darahnya dengan sapu tangan putih. "Kita tidak dapat informasi apa pun dari dia. Tapi tidak masalah. Aku punya cara lain."


Seorang anak buahnya maju, menyerahkan sebuah ponsel. "Tuan Bai, seperti yang Anda minta. Nomor Mandy Zimmer sudah kami lacak."


Bai Zangfeng menyeringai. "Bagus. Jika kita tidak bisa menyentuh Harvey York langsung, maka kita buat dia kehilangan sesuatu yang paling berharga."


Di kediaman Harvey York…


Pagi itu, Harvey sedang duduk di ruang kerja, membaca laporan dari Riley.


"Jonathan Leduc mulai menggerakkan bisnisnya. Beberapa sekutu kita mulai mendapat tekanan dari pihaknya," lapor Riley. "Dan ada kabar bahwa Bai Zangfeng telah menculik salah satu informan kita tadi malam."


Harvey meletakkan laporannya, matanya menyipit. "Bai Zangfeng tidak seperti musuh-musuh kita sebelumnya. Dia tidak hanya bertarung dengan kekuatan, tapi juga dengan strategi licik. Kita tidak bisa meremehkannya."


Tiba-tiba, ponsel Harvey bergetar. Sebuah pesan masuk.

"Jika kau ingin melihat istrimu selamat, datang sendiri ke pelabuhan tua malam ini. Tanpa pengawal. Jangan terlambat."


Harvey membaca pesan itu dengan ekspresi dingin. Riley yang berdiri di sebelahnya ikut membaca dan langsung mengepalkan tinjunya.


"Mereka menyentuh Nyonya Mandy?!"


Harvey tetap tenang, tapi ada kegelapan yang mulai menyelimuti matanya.


"Bai Zangfeng mengira dia bisa menggunakanku seperti bidak catur," katanya pelan. "Sayangnya, dia baru saja melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya."


Harvey berdiri, mengambil jasnya, lalu melirik Riley. "Siapkan tim. Kita akan buat pelabuhan tua menjadi kuburan bagi mereka malam ini."


Riley mengangguk. "Dimengerti, Tuan York!"


Malam itu, darah akan mengalir. Dan Bai Zangfeng akan belajar satu hal tidak ada yang bisa menyentuh orang yang dicintai 

Harvey York tanpa membayar harga yang sangat mahal.


Malam tiba lebih cepat dari yang diduga. Langit di atas pelabuhan tua diselimuti awan gelap, sementara angin laut berhembus dingin, membawa aroma asin yang menusuk. Lampu-lampu redup menerangi dermaga yang sepi, hanya ada beberapa kontainer dan kapal kargo tua yang terparkir di kejauhan.


Harvey York melangkah perlahan, tangannya dimasukkan ke dalam saku jasnya. Matanya tajam, mengamati setiap sudut. Dia tahu bahwa ini adalah jebakan. Tapi dia datang bukan sebagai mangsa dia datang sebagai pemburu.


Dari balik bayangan, Bai Zangfeng muncul dengan senyum dingin. Di sampingnya, beberapa pria berbaju hitam berdiri dengan senjata siap digunakan. Dan di tengah mereka, Mandy Zimmer berlutut dengan tangan terikat, mulutnya disumpal kain. Matanya dipenuhi ketakutan saat melihat Harvey.


"Harvey York," Bai Zangfeng menyapa dengan suara penuh ejekan. "Aku harus mengakui, kau memang berani. Tapi kau juga bodoh. Datang ke sini sendirian? Kau pikir bisa mengalahkanku?"


Harvey tetap tenang. "Aku tidak suka berbasa-basi. Lepaskan istriku, dan mungkin aku akan membiarkanmu pergi dengan tubuh utuh."


Bai Zangfeng tertawa kecil. "Lihat siapa yang besar kepala! Kau tidak dalam posisi untuk menawar apa pun, Harvey. Aku bisa membunuh istrimu sekarang juga jika aku mau."


Dia menghunus pisaunya, menempelkannya ke pipi Mandy. Mandy meringis, sementara Harvey tetap diam, meskipun tatapannya semakin dingin.

"Apa maumu?" tanya Harvey.


Bai Zangfeng menyeringai. "Sederhana. Aku ingin kau meninggalkan Jiecheng selamanya. Serahkan posisimu di Liga Bela Diri Negara Besar H dan bersumpahlah untuk tidak pernah kembali. Jika kau lakukan itu, aku akan membiarkan istrimu hidup."


Harvey menatap Bai Zangfeng selama beberapa detik sebelum menghela napas. "Begitu mudah?"


Bai Zangfeng mengangkat bahu. "Tidak ada yang mudah di dunia ini, Harvey. Tapi ini lebih baik daripada melihat istrimu mati di depan matamu, bukan?"


Harvey tersenyum tipis. "Sebenarnya, aku juga punya syarat."


Bai Zangfeng mengernyit. "Apa?"


"Jika aku berhasil membunuhmu dalam waktu kurang dari lima menit, aku akan membawa istriku pergi, dan kalian semua akan lenyap dari Jiecheng," jawab Harvey santai.


Seketika, wajah Bai Zangfeng mengeras. Kemudian, dia tertawa. "Berani sekali kau bicara seperti itu. Baiklah. Kalau begitu, mari kita lihat apakah kau bisa menepati janjimu!"


Dalam sekejap, Bai Zangfeng bergerak seperti kilat. Pisau di tangannya meluncur dengan kecepatan mengerikan, mengarah ke tenggorokan Harvey. Tapi Harvey hanya sedikit memiringkan kepala, menghindari serangan itu dengan mudah.


Sebelum Bai Zangfeng bisa menyerang lagi, Harvey bergerak. Dalam satu gerakan cepat, dia menendang lutut lawannya dengan keras. Terdengar suara retakan, dan Bai Zangfeng berteriak kesakitan.


Tiga orang anak buah Bai Zangfeng langsung maju dengan senjata, tapi tiba-tiba, suara tembakan terdengar dari kejauhan. Peluru menghantam tangan salah satu dari mereka, membuat pistolnya terlepas.


Dari atap sebuah kontainer, Riley muncul dengan senapan di tangannya. "Maaf, tapi Tuan York tidak pernah benar-benar sendirian."


Harvey tidak membuang waktu. Dengan gerakan cepat, dia meraih kepala Bai Zangfeng dan membantingnya ke tanah. Pisau lawannya terpental jauh, dan sebelum Bai Zangfeng bisa bereaksi, Harvey sudah menginjak dadanya dengan keras.


"Empat menit tiga puluh detik," kata Harvey dingin. "Sepertinya aku masih punya waktu lebih."


Bai Zangfeng tersedak darah, matanya penuh ketakutan. "Tunggu… kita bisa bicara…!"


Harvey tidak menjawab. Dengan satu gerakan terakhir, dia menendang leher Bai Zangfeng dengan keras. Suara retakan terdengar, dan tubuh Bai Zangfeng langsung lemas.


Harvey menatap anak buah Bai Zangfeng yang tersisa. "Ambil mayatnya dan sampaikan pesan ke Jonathan Leduc. Aku akan datang untuknya selanjutnya."


Tanpa menunggu reaksi mereka, Harvey berjalan ke arah Mandy, membuka ikatan tangannya, dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya lembut.


Mandy mengangguk, meskipun tubuhnya masih gemetar. "Aku tahu kau akan datang."


Harvey tersenyum tipis. "Tentu saja. Tidak ada yang bisa mengambilmu dariku."


Di kejauhan, Riley menurunkan senjatanya, sementara anak buah Bai Zangfeng dengan panik menyeret mayat pemimpin mereka pergi. Malam itu, pelabuhan tua menjadi saksi bahwa Harvey York bukanlah seseorang yang bisa dipermainkan.


Dan bagi Jonathan Leduc, ini hanyalah permulaan dari mimpi buruknya.


Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 7297